MAKALAH
Di
Susun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Semester 4
TAFSIR
1
Dosen
Pengampu :
Oleh
Kelompok
II
1. Nur Likah
2. Siti Afniatin
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)
JEPARA
2014
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Nama Allah yang Maha
pengasih lagi Maha Penyayang, Kami penulis memanjatkan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, dan hidayanyalah sehingga Kami penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Begitupula shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman. Dalam penyusunan makalah ini Kami penulis
sedikit mengalami kesulitan dan rintangan, namun berkat bantuan yang diberikan
dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan tersebut bisa teratasi dengan
baik. Dengan demikian penulis lewat lembaran ini hendak menyampaikan ucapan
terimah kasih yang setinggi-tingginya kepada mereka, teriring doa agar segenap
bantuannya dalam urusan penyelesaian makalah ini, sehingga bernilai ibadah
disisi Allah swt.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa
makalah ini bukanlah sebuah proses akhir dari segalanya, melainkan langkah awal
yang masih memerlukan banyak koreksi, olehnya itu kritik dan saran sangat diharapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Amin.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................... 1
BAB
II
Ayat-ayat tentang ketuhanan ............................................................................. 2
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Kedudukan tauhid dalam sistem ajaran
Islam ....................................... 5
B. Fungsi tauhid dalam kehidupan manusia
muslim................................... 7
C. Bahaya syirik dalam kehidupan manusia ............................................... 10
D. Argumentasi tentang eksistensi Allah .................................................... 13
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tauhid
dalam sistem ajaran islam adalah paling sentral dan paling
esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari
seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa
yang dikendaki oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid,
dan tidak akan menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk
Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh,
mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan kepada Tuhan, serta
berkemauan keras untuk menjalankan kehendak-Nya.
Dengan
bertauhid kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka,
melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak
ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap
manusia adalah hamba Allah SWT yang berstatus sama, yang membedakannya hanyalah
tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan fungsi-fungsi sosial tauhid
dalam kehidupan manusia muslim !
2. Sebutkan ciri-ciri positif manusia
tauhid !
BAB II
AYAT-AYAT TENTANG
KETUHANAN
1)
Surat
Al-Ikhlas
1. Katakanlah (Muhammad), “ Dialah Allah
Yang Maha Esa.
2. Allah tempat meninta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan.
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia.”
2)
Surat
Al-Anbiya’
22. Seandainya pada keduanya (dilangit dan
dibumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci
Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.
3) Surat Fatir
44. Dan tidaklah mereka bepergian lalu melihat
bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul),
padahal orang-orang itu lebih besar kekuatannya dari mereka? dan tidak ada
sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sungguh,
Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.
BAB III
PEMBAHASAN
KEDUDUKAN
TAUHID DALAM SISTEM AJARAN ISLAM
A. Kedudukan
Tauhid Dalam Sistem Ajaran Islam
Kedudukan tauhid dalam
sistem ajaran islam adalah paling sentral dan paling esensial. Tauhid berarti komitmen
manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur
dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang dikendaki oleh Allah SWT akan
menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan menerima otoritas dan
petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan
adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan
dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan
kehendak-Nya.
Dalam ajaran islam, tauhid tersimpul dalam kalimat “Laailaahaillallah”
yang artinya “ Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dengan
mengatakan “ Tidak ada Tuhan selain Allah” seorang
manusia-tauhid, memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau Maha
Pencipta (Tauhidur Rububiyah), dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk
atau ciptaan-Nya ( Tauhidul Uluhiyyah). Kalimat tersebut
sesungguhnya mengandung nilai pembebasan bagi manusia. Manusia yang bertauhid
mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari penyembah sesama manusia kepada
menyembah Allah SWT. Dengan bertauhid kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan
bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan
manusia lainnya. Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap
manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah SWT yang berstatus sama,
yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
Allah
SWT berfirman dalam kitab-Nya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣]
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. ( QS. Al Hujraat : 13).
Sementara itu sebagian masyarakat penganut islam masih belum
memahami arti tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan
belum mencari status manusiawinya. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan dari
masyarakat muslim sekarang ini. Dapat dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi,
stagnasi intelektual, degenerasi social, dan berbagai macam kejumudan lainnya
yang diderita oleh masyarakat muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan
tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi manusia
muslim, baik secara individual maupun kolektif, tauhid merupakan masalah
pertama dan terpenting untuk segera diluruskan.
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa komitmen manusia
tauhid tidak saja terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan
juga mencakup hubungan horizontal dengan sesama manusia dan seluruh
makhluk, dan hubungan- hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Kehendak Allah SWT ini memberikan visi kepada manusia tauhid untuk membentuk
suatu masyarakat yang mengejar nilai- nilai utama dan mengusahakan tegaknya
keadilan social.
Visi ini dapat memunculkan misi kepada manusia tauhid yaitu
manusia tauhid terinfirasi untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai
dengan kehendak Allah SWT. Misi ini menuntut serangkaian tindakan agar kehendak
Allah SWT terwujud menjadi kenyataan, dan misi ini merupakan bagian integral
dari komitmen manusia tauhid kepada Allah SWT. Misi manusia tauhid untuk
mengubah dunia, menegakkan kebenaran dan keadilan, merealisasikan pelbagai
nilai utama, dan memberantas kerusakan di muka bumi
( fasadul fil ardi), bukan sekedar suatu
derivative, melainkan merupakan bagian integral dari komitmen manusia tauhid
kepada Allah SWT. Dengan misi ini juga akan terwujud suatu bentuk kehidupan
social yang adil dan etis.
B. Fungsi
Tauhid Dalam Kehidupan Manusia Muslim
Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim.
Diantara fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern
adalah :
a.
Membebaskan manusia dari
perbudakan mental dan penyembahan kepada semua
makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang
cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu,
mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin
mereka, tanpa daya piker kritis serta keberanian untuk mengkritik.
Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang
tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di
hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ
فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا
[٣٣:٦٦]
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا
سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Dan mereka berkata:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar).
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan
dalam neraka, mereka berkata:
"Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada
Rasul". (
QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak
ada Tuhan selain Allah).Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi
manusia. Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah” berarti
seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau
ciptaan-Nya. Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan “tahrirunnasi
min ‘ibadatil ‘ibad ila ‘ibadatillahi ” atau membebaskan
manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
b.
Mengajarkan emansipasi manusia
dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan
kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual,
kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi
pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang
seperti ini.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ
إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣]
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا
كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤]
“Terangkanlah kepadaku
tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah
kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak
lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya
(dari binatang ternak itu)”. ( QS. Al- Furqon :
43-44).
c. Sebagai frame
of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam
menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada
seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Namun kenyataannya umat
muslim sekarang berada dalam suatu ironi ( keterbalikan) dimana kemiskinan,
kelaparan dan kebodohan belum juga teratasi; jarak antara si kaya dengan si
miskin semakin tajam; keadilan dan kejujuran semakin langka; seta kebenaran
semakin mudah direkayasa di tengah – tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru demi upaya
pembebasan dan memudahkan manusia ( umat muslim khususnya) dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah hidup mereka.
d. Menjadikan
islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia.
Apabila tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat
menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia dan mampu menjembatani
wilayah- wilayah peradaban local menjadi peradaban mondial karena tauhid
merupakan paradigma dari metode ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu pengetahuan
umat islam. Sebagai bukti banyak ilmuan kelas dunia yang lahir dari dunia islam
dan karya- karyanya telah menjadi bidan bagi kelahiran
ilmu pengetahuan dan peradaban barat modern.
e. Sebagai pondasi keimanan yang juga
menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika
seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta
merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta
kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tanjapkan dalam hati bahwa
tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
f. Mengajarkan
kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai
pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan kata lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan maupun
kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur
dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia
mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang
tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan
tiada Tuhan selain Dia.
Dengan diketahuinya fungsi- fungsi tauhid oleh umat islam serta
mereka dapat dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan maka mereka akan
menjadi manusia tauhid yang memiliki cirri-ciri positif, yaitu :
1.
Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya.
Ia akan berusaha secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah SWT sesuai
dengan kadar kemampuannya.
2.
Menolak pedoman hidup yang
datangnya bukan dari Allah SWT. Dalam kontek masyarakat manusia,
penolakannya berarti emansipasi dan pengembangan kebebasan esensialnya dari
seluruh belenggu buatan manusia, supaya komitmennya pada Allah SWT menjadi utuh
dan kukuh.
3.
Bersikap progresif dengan
selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya, adat- istiadatnya,
tradisi dan faham hidupnya. Bila dalam penilaiannya ternyata terdapat unsure-
unsure syirik dalam arti luas, maka ia selalu bersedia untuk berubah dan
mengubah hal- hal itu agar sesuai dengan pesan- pesan Ilahi. Manusia tauhid progresif
kareana ia tidak pernah menolak setiap perubahan yang positif.
4.
Tujuan hidupnya sangat jelas.
Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah SWT semata.
Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai- nilai kekuasaan dan kesenangan hidup tanpa
tujuan.
5.
Memiliki visi dan misi yang
jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama manusia lain; suatu
kehidupan yang harmonis antar sesama manusia; dan ia akan terdorong untuk
mengubah dunia dan masyarakat sekelilingnya sehingga semangat untuk berkarya
bagi kemaslahatan umat.
C.
Bahaya syirik dalam kehidupan
manusia
1.
Syirik akan Menghancurkan Segala
Amalan.
Banyak diantara kaum muslimin,
karena jauhnya mereka dari ilmu dan agama mereka, sehingga mereka melakukan
perbuatan kesyirikan yang mereka anggap sepele, bahkan memandangnya sebagai
suatu perbuatan yang baik. Mereka tidak sadar bahwa syirik
dapat menghapuskan segala amalan mereka. Allah berfirman
mengancam para nabi saw. andai ia berbuat syirik,
"Itulah petunjuk Allah yang dengannya
Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara
hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka menyekutukan Allah niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS.Al-An’am :
88).
Dalam Surat Az-Zumar Allah SWT juga menegaskan bahwa Syirik
dapat menghapus amalan seseorang.
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(nabi) sebelummu jika kamu baerbuat syirik niscaya akan terhapuslah amalanmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". (QS.Az-Zumar :65 )
2.
Pelakunya Semakin Jauh dari Allah.
Ketahuilah bahwa syirik
akan membuat seseorang jauh dari Allah dengan sejauh-jauhnya. Bacalah
firman Allah SWT.
"Dan barang siapa yang menyekutukan Allah maka
seolah-olah ia jatuh dari langit kemudian ia disambar oleh burung atau
diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh". (QS. Al-Hajj:31 )
Ahli Tafsir Jazirah Arab, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’diy-rahimahullah-berkata, "Barang
siapa yang meninggalkan keimanan, maka ia ibarat sesuatu yang jatuh dari
langit, besar kemungkinan ia mendapatkan penyakit, dan bala’; entah ia disambar
burung, lalu ia tercabik-cabik berantakan. Demikian seorang yang berbuat
kesyirikan, jika ia tak mau berpegang dengan keimanan, maka ia akan disambar
oleh setan dari segala sisi, setan akan mencabik-cabiknya, dan akan
menghilangkan agama dan dunianya".
Orang yang berbuat
syirik akan semakin tersesat hidupnya di dunia ini. Adakah kesesatan yang lebih
besar daripada kesesatan seseorang yang menganggap dirinya sedang melakukan
pendekatan kepada Allah, namun pada hakikatnya ia semakin terlempar jauh dari
Allah. Dia mengharapkan derajatnya naik ke surga, padahal hakikatnya ia tengah
turun ke jurang neraka yang paling bawah sebagai tempat kembali yang paling
buruk? Mereka ini laksana kaum yang dikabarkan oleh Allah,
"Ingatlah hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih
(dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata),
"Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka (sesembahan)
itu mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah
akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat
ingkar". (QS. Az-Zumar :
3 ).
3.
Dosa yang Tidak Terampuni.
Syirik adalah dosa yang paling besar di
sisi Allah, tidak dimaafkan di hari kiamat, jika pelakunya tidak
bertaubat darinya sebelum ajal tiba. Karena Allah -Ta’ala- telah
menyatakan di dalam kitabnya yang mulia,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik
dan Dia mengampuni selain dari dosa syirik itu bagi siapa yang
dikehendakinya".QS.An-Nisa : 48 & 116)
Ahli Tafsir Negeri Yaman, Muhammad bin Ali Asy-Syaukaniy berkata Fathul
Qodir (1/717), "Tak ada khilaf di antara kaum
muslimin bahwa seorang yang berbuat syirik, jika ia mati di atas kesyirikan,
maka ia bukanlah termasuk orang berhak mendapatkan ampunan yang Allah
anugrahkan kepada orang yang tidak berbuat syirik sebagaimana yang dituntut
oleh kehendak-Nya".
Ayat ini menunjukkan betapa besarnya dosa syirik ini,
hingga Allah -Ta’ala-tidak mau mengampuninya. Padahal Allah -Ta’ala- memiliki
ampunan yang sangat luas, rahmat dan kasih sayang yang paling sempurna; amat
mencintai hamba-hamba-Nya, melebihi cintanya seorang hamba kepada dirinya
sendir!! Sekalipun demikian, Allah -Ta’ala- tidak akan
mengampuni dosa pelaku kesyirikan. Kenapa? Karena mereka telah berbuat zholim
kepada Allah. Mereka tinggal di bumi Allah,mereka makan dari rizki Allah;
mereka hidup dengan nikmat-nikmat Allah; Semua fasilitas-fasilitas yang mereka
butuhkan, semua itu datangnya dari sisi Allah. Namun mereka tidak mau beribadah
hanya kepada Allah -Ta’ala- semata. Mereka justru beribadah,
bersyukur dan meminta kepada mahluk yang tidak memiliki apapun, walaupun hanya
seekor lalat.
4.
Diharamkan Surga bagi Pelaku
Kesyirikan
Masuk ke dalam surga adalah harapan
bagi setiap orang. Tidak ada satu hati pun, kecuali pasti merindukan masuk ke
dalamnya. Tiada satu telingan pun yang bosan mendengar kabar-kabarnya.
Karenanya, betapa celakanya jika ada orang yang diharamkan untuk merasakan
kenikmatan dan keindahan surga. Itulah pelaku kesyirikan; Allah haramkan surga
bagi mereka sebagai azab yang paling menghinakan disebabkan ke-syirik-an
mereka. Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka
pasti Allah akan mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya ialah neraka
tidalah ada bagi orang-orang yang dholim itu seorang penolong pun". (QS.Al-Maidah :72 ).
Al-Allamah Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah
berkata dalam Al-Jawab Al-Kafiy (hal.89),
"Tatkala kesyirikan kepada Allah meniadakan maksud
(penciptaan) ini, maka syirik menjadi dosa besar yang paling besar secara
mutlak. Allah telah mengharamkan surga bagi setiap pelaku syirik; Dia halalkan
darah, harta, dan keluarganya bagi orang yang bertauhid; Allah halalkan orang bertauhid
menjadikan mereka sebagai budaknya, karena mereka tidak melaksanakan tugas
peribadahan kepada Allah. Allah –Subhanahu- enggan untuk menerima amalan
seorang yang berbuat syirik; enggan menerima syafa’at atau menerima do’a mereka
di akhirat; enggan menerima ma’af mereka".
Allah -Ta’ala- telah menghikayatkan di
dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang diharamkan untuk merasakan kenikmatan
di dalam surga "Dan penduduk neraka memanggil penduduk surga,
tuangkanlah air kepada kami atau dari apa-apa yang Allah telah rezkikan kepada
kalian. Penduduk surga berkata: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan
keduanya bagi orang-orang yang kafir" .((QS.Al-A’raf :50 ).
D.
Argumentasi
tentang eksistensi Allah
Efektivitas
dari argumen rasional untuk keberadaan Allah adalah langkah awal yang penting
dalam membuka pikiran pada kemungkinan dari iman, dalam membersihkan penghalang jalan dan puing
yang menghalangi orang untuk mengambil ide dari wahyu ilahi dengan serius. Dan
disini mereka mempunyai poin yang nyata. Andaikata yang terbaik dari kita dan
refleksi yang paling jujur pada alam, pada sifat dari hal-hal yang memimpin
kita untuk melihat materi alam semesta sebagai mandiri dan tak bersumber;
melihat bentuk sebagai hasil dari gerakan yang acak, sama sekali tanpa rencana
atau tujuan. Apakah anda kemudian terkesan karena membacanya di dalam buku kuno
bahwa adanya Allah itu kasih, atau bahwa surga menyatakan kemuliaan-Nya?
Maukah anda mengatur untuk mengambil pesan itu secara serius? Lebih mungkin
anda akan meminta maaf pada diri sendiri karena mengambil dengan serius apapun
yang di klaim sebagai komunikasi dari Sang Pencipta. Seperti satu orang yang
mengatakan: Saya tidak percaya bahwa kita adalah anak-anak Allah, karena saya
tidak percaya bahwa ada seseorang yang akan mengadopsi.
Ini
adalah semacam menjejali dan menarik cakrawala bahwa bukti diperkenalkan di bab
ini adalah mencoba untuk memperluas. Mereka mencoba untuk berkonfrontasi
dengan kita dengan ketidak cukupan radikal dari apa yang tak terbatas dan
terbatas, dan untuk membuka pikiran pada level yang diluar dari jangkauan itu.
Jika mereka sukses didalam ini, dan kita bisa mengatakannya dari pengalaman
bahwa beberapa bukti yang berhasil dengan banyak orang , mereka tentu saja bisa menjadi sebuah nilai
yang sangat berharga.
Mungkin tidak merasakan bahwa mereka terutama
sekali sangat berharga bagi diri
sendiri. Mungkin terberkati dengan sebuah indra tentang kehadiran Allah;
dan itu adalah sesuatu yang akan sangat disyukuri. Tapi tidak berarti
tidak memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan argumen-argumen ini. Bagi
banyak orang belum dapat berkat dengan cara seperti itu. Dan bukti yang
dirancang untuk mereka – atau beberapa dari mereka – untuk memberi semacam
bantuan yang mereka perlukan. Bahkan
mungkin diminta untuk memberikan bantuan.
Lagipula, apakah dari kita sangat sedikit
memerlukan bantuan seperti yang kita minta? Memang dalam diri kita ada semacam
rasa skeptis. Ada bagian dari dalam diri kita menggoda untuk percaya
bahwa tidak ada yang nyata, yang jauh dari apa yang kita bisa lihat dan sentuh;
untuk mencari dengan sedikit akal budi, melebihi kepastian dari Kitab Suci,
untuk percaya bahwa ada lebih banyak. Kita memiliki keinginan untuk membuat
klaim yang dibesar-besarkan untuk demonstrasi ini, atau untuk menolak “alasan
yang baik” “dengan bukti ilmiah”. Tapi kita percaya bahwa banyak yang ingin dan
membutuhkan jenis bantuan untuk bukti-bukti ini menawarkan lebih dari apa yang
mereka bisa yang pada awalnya bersedia untuk mengakuinya.
Prakata tentang mengorganisir argumen. Kita
telah mengorganisir mereka kedalam dua grup dasar: mereka yang mengambil data
mereka di luar-argumen kosmologis-dan mereka yang mengambil dari dalam-argumen
psikologis. Grup dari argumen kosmologis dimulai dengan versi dari “Aquinas”
yang terkenal yaitu “lima jalan”. Hal ini bukanlah argumen yang mudah, dan
bukanlah argumen yang meyakinkan bagi banyak orang. Urutan kita bukanlah dari
yang efektif kepada yang paling tidak efektif. Argumen pertama, khususnya,
sangat abstrak dan sulit.
Tidak semua argumen sama-sama demonstratif.
Satu (Pascal Wager) bukanlah sebuah argumen bagi Allah sama sekali, tetapi
sebuah argumen untuk iman di dalam Allah sebagai “petaruh”. Lainnya (argumen
ontologis) kami anggap sebagai cacat fundamental; namun kita masukkan karena
ini sangat terkenal dan berpengaruh, dan dapat diselamatkan oleh formulasi yang
baru. Lainnya (argumen dari mukjizat, argumen dari pengalaman agama dan argumen
persetujuan umum) mengklaim hanya kemungkinan yang kuat, bukan kepastian
demonstratif. Kami telah memasukkan mereka karena mereka membentuk bagian yang
kuat dari kasus kumulatif. Kami percaya bahwa hanya beberapa dari argumen ini,
diambil secara individual dan terpisah, mendemonstrasikan adanya makhluk yang
memiliki sifat yang hanya Allah yang dapat memilikinya (tidak ada argumen
membuktikan semua sifat ilahi); tetapi semua argumen yang dikumpulkan
bersama-sama, seperti tali yang dipintal benangnya, membuatnya menjadi
sangat kuat.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi-fungsi sosial tauhid dalam
kehidupan manusia muslim:
a.
Membebaskan manusia dari
perbudakan mental dan penyembahan kepada semua
makhluk.
b.
Mengajarkan emansipasi manusia
dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan
kesenangan- kesenangan sensual belaka.
c.
Sebagai frame of
thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d.
Menjadikan islam tumbuh sebagai
kekuatan peradaban dunia.
e.
Sebagai pondasi keimanan
yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat
manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
f.
Mengajarkan kepada umat islam
supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.
Ciri-ciri
positif manusia tauhid:
1.
Memiliki komitmen utuh pada
Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk
menjalankan pesan dan perintah
Allah SWT sesuai dengan kadar kemampuannya.
2.
Menolak pedoman hidup yang
datangnya bukan dari Allah SWT. Dalam
kontek masyarakat manusia,
penolakannya berarti emansipasi dan pengembangan kebebasan esensialnya dari
seluruh belenggu buatan manusia, supaya komitmennya pada Allah SWT menjadi utuh
dan kukuh.
3.
Bersikap progresif dengan
selalu melakukan penilaian terhadap kualitas
kehidupannya, adat-
istiadatnya, tradisi dan faham hidupnya. Bila dalam penilaiannya ternyata
terdapat unsure- unsure syirik dalam arti luas, maka ia selalu bersedia untuk
berubah dan mengubah hal- hal itu agar sesuai dengan pesan- pesan Ilahi.
Manusia tauhid progresif kareana ia tidak pernah menolak setiap perubahan
yang positif.
4.
Tujuan hidupnya sangat jelas.
Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya
hanyalah untuk Allah SWT semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam
nilai- nilai kekuasaan dan kesenangan hidup tanpa tujuan.
5.
Memiliki visi dan misi yang
jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya
bersama manusia lain; suatu
kehidupan yang harmonis antar sesama manusia; dan ia akan terdorong untuk
mengubah dunia dan masyarakat sekelilingnya sehingga semangat untuk berkarya
bagi kemaslahatan umat.
DAFTAR PUSTAKA
AKADEMIK,POKJA.2005.Tauhid.Yogyakarta:
Pokja Akademik UIN SUKA
‘Ullumuddin
Digital Journal Al-Manar Edisi I/2004
Zainudin,
1996. Ilmu Tauhid Lengkap, Yogyakarta: rineka cipta
Khumaidi, 2010. Hikmah Aqidah Ahlaq, Solo : Akik
Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar