Selasa, 12 Mei 2015



MAKALAH

Di Susun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Semester 4
TAFSIR 1
Dosen Pengampu :





Oleh
Kelompok II
1.      Nur Likah
2.      Siti Afniatin

 


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)
JEPARA 2014







KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang, Kami penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, dan hidayanyalah sehingga Kami penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Begitupula shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dalam penyusunan makalah ini Kami penulis sedikit mengalami kesulitan dan rintangan, namun berkat bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan tersebut bisa teratasi dengan baik. Dengan demikian penulis lewat lembaran ini hendak menyampaikan ucapan terimah kasih yang setinggi-tingginya kepada mereka, teriring doa agar segenap bantuannya dalam urusan penyelesaian makalah ini, sehingga bernilai ibadah disisi Allah swt.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses akhir dari segalanya, melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak koreksi, olehnya itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Amin.






     











DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah .......................................................................... 1
B.     Rumusan masalah ................................................................................... 1    
BAB II
Ayat-ayat tentang ketuhanan ............................................................................. 2
BAB III
PEMBAHASAN
A.    Kedudukan tauhid dalam sistem ajaran Islam ....................................... 5
B.     Fungsi tauhid dalam kehidupan manusia muslim................................... 7
C.     Bahaya syirik dalam kehidupan manusia ............................................... 10
D.    Argumentasi tentang eksistensi Allah .................................................... 13
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Tauhid dalam sistem ajaran islam adalah paling sentral dan paling esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang dikendaki oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan kehendak-Nya.
Dengan bertauhid kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah SWT yang berstatus sama, yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.

B.     Rumusan Masalah

1.      Sebutkan fungsi-fungsi sosial tauhid dalam kehidupan manusia muslim !
2.      Sebutkan ciri-ciri positif manusia tauhid !










BAB II
AYAT-AYAT TENTANG KETUHANAN



































1)                  Surat Al-Ikhlas
1.      Katakanlah (Muhammad), “ Dialah Allah Yang Maha Esa.
2.      Allah tempat meninta segala sesuatu.
3.      (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
4.      Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

2)                  Surat Al-Anbiya’
22.  Seandainya pada keduanya (dilangit dan dibumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.
3)         Surat Fatir
44.   Dan tidaklah mereka bepergian lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul), padahal orang-orang itu lebih besar kekuatannya dari mereka? dan tidak ada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.

















BAB III
PEMBAHASAN
KEDUDUKAN TAUHID DALAM SISTEM AJARAN ISLAM

A.    Kedudukan Tauhid Dalam Sistem Ajaran Islam
 Kedudukan tauhid dalam sistem ajaran islam adalah paling sentral dan paling esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang dikendaki oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras untuk menjalankan kehendak-Nya.
Dalam ajaran islam, tauhid tersimpul dalam kalimat  “Laailaahaillallah”   yang artinya “ Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dengan mengatakan “ Tidak ada Tuhan selain Allah” seorang manusia-tauhid, memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau Maha Pencipta (Tauhidur Rububiyah), dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya ( Tauhidul Uluhiyyah). Kalimat tersebut sesungguhnya mengandung nilai pembebasan bagi manusia. Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari penyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT. Dengan bertauhid kepada Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah SWT yang berstatus sama, yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣]

Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. ( QS. Al Hujraat : 13).

Sementara itu sebagian masyarakat penganut islam masih belum memahami arti tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum mencari status manusiawinya. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan dari masyarakat muslim sekarang ini. Dapat dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi social, dan berbagai macam kejumudan lainnya yang diderita oleh masyarakat muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi manusia muslim, baik secara individual maupun kolektif, tauhid merupakan masalah pertama dan terpenting untuk segera diluruskan.
Suatu hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa komitmen manusia tauhid tidak saja terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan juga mencakup hubungan horizontal dengan sesama manusia dan  seluruh makhluk, dan hubungan- hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah SWT. Kehendak Allah SWT ini memberikan visi kepada manusia tauhid untuk membentuk suatu masyarakat yang mengejar nilai- nilai utama dan mengusahakan tegaknya keadilan social.
Visi ini dapat memunculkan misi kepada manusia tauhid yaitu manusia tauhid terinfirasi untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah SWT. Misi ini menuntut serangkaian tindakan agar kehendak Allah SWT terwujud menjadi kenyataan, dan misi ini merupakan bagian integral dari komitmen manusia tauhid kepada Allah SWT. Misi manusia tauhid untuk mengubah dunia, menegakkan kebenaran dan keadilan, merealisasikan pelbagai nilai utama, dan memberantas kerusakan di muka bumi      ( fasadul fil ardi), bukan sekedar suatu derivative, melainkan merupakan bagian integral dari komitmen manusia tauhid kepada Allah SWT. Dengan misi ini juga akan terwujud suatu bentuk kehidupan social yang adil dan etis.


B.     Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Manusia Muslim
Tauhid mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim. Diantara fungsi- fungsi sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern adalah :
a.       Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua
makhluk.
Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya piker kritis serta keberanian untuk mengkritik.
Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا [٣٣:٦٦]
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan
dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada Rasul". ( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada Tuhan selain Allah).Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah”  berarti seorang muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau ciptaan-Nya. Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan “tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad  ila ‘ibadatillahi ”  atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
b.      Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣]
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤]

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. ( QS. Al- Furqon :
43-44).
c.   Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Namun kenyataannya umat muslim sekarang berada dalam suatu ironi ( keterbalikan) dimana kemiskinan, kelaparan dan kebodohan belum juga teratasi; jarak antara si kaya dengan si miskin semakin tajam; keadilan dan kejujuran semakin langka; seta kebenaran semakin mudah direkayasa di tengah – tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tujuan ilmu pengetahuan dan teknologi justru demi upaya pembebasan dan memudahkan manusia ( umat muslim khususnya) dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah hidup mereka.
d.   Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia.
Apabila tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia dan mampu menjembatani wilayah- wilayah peradaban local menjadi peradaban mondial karena tauhid merupakan paradigma dari metode ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu pengetahuan umat islam. Sebagai bukti banyak ilmuan kelas dunia yang lahir dari dunia islam dan karya- karyanya telah menjadi bidan  bagi kelahiran ilmu pengetahuan dan peradaban barat modern.
e.    Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup  seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di tanjapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
f.     Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai
pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan kata lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan maupun kejadian yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia.
Dengan diketahuinya fungsi- fungsi tauhid oleh umat islam serta mereka dapat dan mau mengaplikasikannya dalam kehidupan maka mereka akan menjadi manusia tauhid yang memiliki cirri-ciri positif, yaitu :
1.      Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah SWT sesuai dengan kadar kemampuannya.
2.      Menolak pedoman hidup yang datangnya bukan dari Allah SWT. Dalam kontek masyarakat manusia, penolakannya berarti emansipasi dan pengembangan kebebasan esensialnya dari seluruh belenggu buatan manusia, supaya komitmennya pada Allah SWT menjadi utuh dan kukuh.
3.      Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya, adat- istiadatnya, tradisi dan faham hidupnya. Bila dalam penilaiannya ternyata terdapat unsure- unsure syirik dalam arti luas, maka ia selalu bersedia untuk berubah dan mengubah hal- hal itu agar sesuai dengan pesan- pesan Ilahi. Manusia tauhid progresif kareana ia tidak  pernah menolak setiap perubahan yang positif.
4.      Tujuan hidupnya sangat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah SWT semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai- nilai kekuasaan dan kesenangan hidup tanpa tujuan.
5.      Memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama manusia lain; suatu kehidupan yang harmonis antar sesama manusia; dan ia akan terdorong untuk mengubah dunia dan masyarakat sekelilingnya sehingga semangat untuk berkarya bagi kemaslahatan umat.

C.                Bahaya syirik dalam kehidupan manusia

1.      Syirik akan Menghancurkan Segala Amalan.
Banyak diantara kaum muslimin, karena jauhnya mereka dari ilmu dan agama mereka, sehingga mereka melakukan perbuatan kesyirikan yang mereka anggap sepele, bahkan memandangnya sebagai suatu perbuatan yang baik. Mereka tidak sadar bahwa syirik dapat menghapuskan segala amalan mereka. Allah  berfirman mengancam para nabi saw. andai ia berbuat syirik,
  "Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka menyekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS.Al-An’am : 88).

Dalam Surat Az-Zumar Allah SWT juga menegaskan bahwa Syirik dapat menghapus amalan seseorang.
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi) sebelummu jika kamu baerbuat syirik niscaya akan terhapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". (QS.Az-Zumar :65 )
2.      Pelakunya Semakin Jauh dari Allah.
Ketahuilah bahwa syirik akan membuat seseorang jauh dari Allah dengan sejauh-jauhnya. Bacalah firman Allah SWT.
"Dan barang siapa yang menyekutukan Allah maka seolah-olah ia jatuh dari langit kemudian ia disambar oleh burung atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh". (QS. Al-Hajj:31 )
Ahli Tafsir Jazirah Arab, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’diy-rahimahullah-berkata, "Barang siapa yang meninggalkan keimanan, maka ia ibarat sesuatu yang jatuh dari langit, besar kemungkinan ia mendapatkan penyakit, dan bala’; entah ia disambar burung, lalu ia tercabik-cabik berantakan. Demikian seorang yang berbuat kesyirikan, jika ia tak mau berpegang dengan keimanan, maka ia akan disambar oleh setan dari segala sisi, setan akan mencabik-cabiknya, dan akan menghilangkan agama dan dunianya".
 Orang yang berbuat syirik akan semakin tersesat hidupnya di dunia ini. Adakah kesesatan yang lebih besar daripada kesesatan seseorang yang menganggap dirinya sedang melakukan pendekatan kepada Allah, namun pada hakikatnya ia semakin terlempar jauh dari Allah. Dia mengharapkan derajatnya naik ke surga, padahal hakikatnya ia tengah turun ke jurang neraka yang paling bawah sebagai tempat kembali yang paling buruk? Mereka ini laksana kaum yang dikabarkan oleh Allah,
"Ingatlah hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), "Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka (sesembahan) itu mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar". (QS. Az-Zumar : 3 ).
3.      Dosa yang Tidak Terampuni.
Syirik adalah dosa yang paling besar di sisi Allah, tidak dimaafkan di hari kiamat, jika pelakunya tidak bertaubat darinya sebelum ajal tiba. Karena Allah -Ta’ala- telah menyatakan di dalam kitabnya yang mulia,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni selain dari dosa syirik itu bagi siapa yang dikehendakinya".QS.An-Nisa : 48 & 116)
Ahli Tafsir Negeri Yaman, Muhammad bin Ali Asy-Syaukaniy berkata Fathul Qodir (1/717), "Tak ada khilaf di antara kaum muslimin bahwa seorang yang berbuat syirik, jika ia mati di atas kesyirikan, maka ia bukanlah termasuk orang berhak mendapatkan ampunan yang Allah anugrahkan kepada orang yang tidak berbuat syirik sebagaimana yang dituntut oleh kehendak-Nya".
Ayat ini menunjukkan betapa besarnya dosa syirik ini, hingga Allah -Ta’ala-tidak mau mengampuninya. Padahal Allah -Ta’ala- memiliki ampunan yang sangat luas, rahmat dan kasih sayang yang paling sempurna; amat mencintai hamba-hamba-Nya, melebihi cintanya seorang hamba kepada dirinya sendir!! Sekalipun demikian, Allah -Ta’ala- tidak akan mengampuni dosa pelaku kesyirikan. Kenapa? Karena mereka telah berbuat zholim kepada Allah. Mereka tinggal di bumi Allah,mereka makan dari rizki Allah; mereka hidup dengan nikmat-nikmat Allah; Semua fasilitas-fasilitas yang mereka butuhkan, semua itu datangnya dari sisi Allah. Namun mereka tidak mau beribadah hanya kepada Allah -Ta’ala- semata. Mereka justru beribadah, bersyukur dan meminta kepada mahluk yang tidak memiliki apapun, walaupun hanya seekor lalat.
4.      Diharamkan Surga bagi Pelaku Kesyirikan
Masuk ke dalam surga adalah harapan bagi setiap orang. Tidak ada satu hati pun, kecuali pasti merindukan masuk ke dalamnya. Tiada satu telingan pun yang bosan mendengar kabar-kabarnya. Karenanya, betapa celakanya jika ada orang yang diharamkan untuk merasakan kenikmatan dan keindahan surga. Itulah pelaku kesyirikan; Allah haramkan surga bagi mereka sebagai azab yang paling menghinakan disebabkan ke-syirik-an mereka. Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah akan mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya ialah neraka tidalah ada bagi orang-orang yang dholim itu seorang penolong pun". (QS.Al-Maidah :72 ).
Al-Allamah Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah  berkata dalam Al-Jawab Al-Kafiy (hal.89), 
"Tatkala kesyirikan kepada Allah meniadakan maksud (penciptaan) ini, maka syirik menjadi dosa besar yang paling besar secara mutlak. Allah telah mengharamkan surga bagi setiap pelaku syirik; Dia halalkan darah, harta, dan keluarganya bagi orang yang bertauhid; Allah halalkan orang bertauhid menjadikan mereka sebagai budaknya, karena mereka tidak melaksanakan tugas peribadahan kepada Allah. Allah –Subhanahu- enggan untuk menerima amalan seorang yang berbuat syirik; enggan menerima syafa’at atau menerima do’a mereka di akhirat; enggan menerima ma’af mereka".
Allah -Ta’ala- telah menghikayatkan di dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang diharamkan untuk merasakan kenikmatan di dalam surga "Dan penduduk neraka memanggil penduduk surga, tuangkanlah air kepada kami atau dari apa-apa yang Allah telah rezkikan kepada kalian. Penduduk surga berkata: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang yang kafir" .((QS.Al-A’raf :50 ).

D.                Argumentasi tentang eksistensi Allah
Efektivitas dari argumen rasional untuk keberadaan Allah adalah langkah awal yang penting dalam membuka pikiran pada kemungkinan dari iman,  dalam membersihkan penghalang jalan dan puing yang menghalangi orang untuk mengambil ide dari wahyu ilahi dengan serius. Dan disini mereka mempunyai poin yang nyata. Andaikata yang terbaik dari kita dan refleksi yang paling jujur pada alam, pada sifat dari hal-hal yang memimpin kita untuk melihat materi alam semesta sebagai mandiri dan tak bersumber; melihat bentuk sebagai hasil dari gerakan yang acak, sama sekali tanpa rencana atau tujuan. Apakah anda kemudian terkesan karena membacanya di dalam buku kuno bahwa adanya Allah itu kasih, atau bahwa surga  menyatakan kemuliaan-Nya? Maukah anda mengatur untuk mengambil pesan itu secara serius? Lebih mungkin anda akan meminta maaf pada diri sendiri karena mengambil dengan serius apapun yang di klaim sebagai komunikasi dari Sang Pencipta. Seperti satu orang yang mengatakan: Saya tidak percaya bahwa kita adalah anak-anak Allah, karena saya tidak percaya bahwa ada seseorang yang akan mengadopsi.
Ini adalah semacam menjejali dan menarik cakrawala bahwa bukti diperkenalkan di bab ini adalah mencoba untuk memperluas. Mereka mencoba untuk berkonfrontasi dengan kita dengan ketidak cukupan radikal dari apa yang tak terbatas dan terbatas, dan untuk membuka pikiran pada level yang diluar dari jangkauan itu. Jika mereka sukses didalam ini,  dan kita bisa mengatakannya dari pengalaman bahwa beberapa bukti yang berhasil dengan banyak orang ,  mereka tentu saja bisa menjadi sebuah nilai yang sangat berharga.
 Mungkin tidak merasakan bahwa mereka terutama sekali sangat berharga bagi diri  sendiri. Mungkin terberkati dengan sebuah indra tentang kehadiran Allah; dan itu adalah sesuatu yang akan sangat disyukuri. Tapi tidak berarti tidak memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan argumen-argumen ini. Bagi banyak orang belum dapat berkat dengan cara seperti itu. Dan bukti yang dirancang untuk mereka – atau beberapa dari mereka – untuk memberi semacam bantuan yang mereka perlukan. Bahkan mungkin diminta untuk memberikan bantuan.
Lagipula, apakah dari kita sangat sedikit memerlukan bantuan seperti yang kita minta? Memang dalam diri kita ada semacam rasa skeptis.  Ada bagian dari dalam diri kita menggoda untuk percaya bahwa tidak ada yang nyata, yang jauh dari apa yang kita bisa lihat dan sentuh; untuk mencari dengan sedikit akal budi, melebihi kepastian dari Kitab Suci, untuk percaya bahwa ada lebih banyak. Kita memiliki keinginan untuk membuat klaim yang dibesar-besarkan untuk demonstrasi ini, atau untuk menolak “alasan yang baik” “dengan bukti ilmiah”. Tapi kita percaya bahwa banyak yang ingin dan membutuhkan jenis bantuan untuk bukti-bukti ini menawarkan lebih dari apa yang mereka bisa yang pada awalnya bersedia untuk mengakuinya.
Prakata tentang mengorganisir argumen. Kita telah mengorganisir mereka kedalam dua grup dasar: mereka yang mengambil data mereka di luar-argumen kosmologis-dan mereka yang mengambil dari dalam-argumen psikologis. Grup dari argumen kosmologis dimulai dengan versi dari “Aquinas” yang terkenal yaitu “lima jalan”. Hal ini bukanlah argumen yang mudah, dan bukanlah argumen yang meyakinkan bagi banyak orang. Urutan kita bukanlah dari yang efektif kepada yang paling tidak efektif. Argumen pertama, khususnya, sangat abstrak dan sulit.
Tidak semua argumen sama-sama demonstratif. Satu (Pascal Wager) bukanlah sebuah argumen bagi Allah sama sekali, tetapi sebuah argumen untuk iman di dalam Allah sebagai “petaruh”. Lainnya (argumen ontologis) kami anggap sebagai cacat fundamental; namun kita masukkan karena ini sangat terkenal dan berpengaruh, dan dapat diselamatkan oleh formulasi yang baru. Lainnya (argumen dari mukjizat, argumen dari pengalaman agama dan argumen persetujuan umum) mengklaim hanya kemungkinan yang kuat, bukan kepastian demonstratif. Kami telah memasukkan mereka karena mereka membentuk bagian yang kuat dari kasus kumulatif. Kami percaya bahwa hanya beberapa dari argumen ini, diambil secara individual dan terpisah, mendemonstrasikan adanya makhluk yang memiliki sifat yang hanya Allah yang dapat memilikinya (tidak ada argumen membuktikan semua sifat ilahi); tetapi semua argumen yang dikumpulkan bersama-sama, seperti tali yang dipintal benangnya, membuatnya menjadi  sangat kuat.
































BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Fungsi-fungsi sosial tauhid dalam kehidupan manusia muslim:
a.       Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua
makhluk.
b.      Mengajarkan emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
c.       Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d.      Menjadikan islam tumbuh sebagai kekuatan peradaban dunia.
e.        Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup  seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
f.       Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.
Ciri-ciri positif manusia tauhid:
1.      Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk
menjalankan pesan dan perintah Allah SWT sesuai dengan kadar kemampuannya.
2.      Menolak pedoman hidup yang datangnya bukan dari Allah SWT. Dalam
kontek masyarakat manusia, penolakannya berarti emansipasi dan pengembangan kebebasan esensialnya dari seluruh belenggu buatan manusia, supaya komitmennya pada Allah SWT menjadi utuh dan kukuh.
3.      Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas
kehidupannya, adat- istiadatnya, tradisi dan faham hidupnya. Bila dalam penilaiannya ternyata terdapat unsure- unsure syirik dalam arti luas, maka ia selalu bersedia untuk berubah dan mengubah hal- hal itu agar sesuai dengan pesan- pesan Ilahi. Manusia tauhid progresif kareana ia tidak  pernah menolak setiap perubahan yang positif.
4.      Tujuan hidupnya sangat jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya
hanyalah untuk Allah SWT semata. Ia tidak akan terjerat ke dalam nilai- nilai kekuasaan dan kesenangan hidup tanpa tujuan.
5.      Memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya
bersama manusia lain; suatu kehidupan yang harmonis antar sesama manusia; dan ia akan terdorong untuk mengubah dunia dan masyarakat sekelilingnya sehingga semangat untuk berkarya bagi kemaslahatan umat.























DAFTAR PUSTAKA

AKADEMIK,POKJA.2005.Tauhid.Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA
‘Ullumuddin Digital Journal Al-Manar Edisi I/2004
Zainudin, 1996. Ilmu Tauhid Lengkap, Yogyakarta: rineka cipta
Khumaidi, 2010. Hikmah Aqidah Ahlaq, Solo : Akik Pustaka




  













0 komentar:

Posting Komentar

Advertise

BTemplates.com

BTemplates.com

Subscribe & Follow

Popular Posts